Medium is The Message
MAKNA adalah inti atau substansi dari sesuatu, yang memberikan nilai, arti, atau tujuan. Dalam konteks yang lebih luas, makna bisa merujuk pada pesan yang terkandung dalam sebuah kata, tindakan, peristiwa, atau bahkan kehidupan itu sendiri. Makna sering kali bersifat subjektif, karena setiap individu dapat menafsirkannya berdasarkan pengalaman, keyakinan, atau sudut pandang masing-masing.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mencari makna di balik tindakan kita atau kejadian yang kita alami. Misalnya, seseorang mungkin menemukan makna dalam membantu orang lain, sedangkan yang lain menemukannya dalam mengejar ilmu atau mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Makna memberi kedalaman pada eksistensi, memungkinkan kita untuk memahami dunia dengan lebih kaya dan penuh nuansa.
–
BAHASA mengandung makna karena ia adalah alat komunikasi yang dirancang untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan gagasan antarindividu. Setiap kata, kalimat, atau simbol dalam bahasa memiliki asosiasi tertentu melalalui beberapa cara sesuai yang disepakati oleh penuturnya, sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran informasi.
1. Melalui Simbolisme. Kata atau frasa adalah simbol yang mewakili sesuatu di dunia nyata atau konsep abstrak. Misalnya, kata “rumah” menggambarkan tempat tinggal, tetapi juga bisa bermakna rasa aman dan kenyamanan secara emosional.
2. Melalui Struktur dan Tata Bahasa. Susunan kata dalam sebuah kalimat dapat memberikan makna yang berbeda. Contoh sederhana, “Anak membaca buku” berbeda maknanya dari “Buku membaca anak,” meskipun menggunakan kata-kata yang sama.
3. Melalui Konteks. Makna sebuah kata atau kalimat sangat bergantung pada situasi atau latar di mana ia digunakan. Sebagai contoh, kata “panas” dapat bermakna suhu tinggi, emosi (panas hati), atau bahkan suasana (politik yang panas).
4. Melalui Nada dan Ekspresi Nonverbal. Dalam komunikasi lisan, intonasi dan ekspresi wajah mempengaruhi cara makna disampaikan. Misalnya, kalimat “Oh, benar?” bisa diucapkan dengan nada penasaran, skeptis, atau bahkan sarkastik, yang semuanya memberi makna berbeda.
5. Melalui Budaya dan Nilai. Bahasa mencerminkan budaya masyarakatnya, sehingga makna sebuah kata sering kali tertanam dalam konteks budaya tertentu. Misalnya, istilah “gotong-royong” memiliki konotasi yang mendalam dalam budaya Indonesia tentang kerja sama dan kebersamaan.
Bahasa menjadi sangat kaya makna karena fleksibilitas dan kedalamannya yang memungkinkan manusia untuk mengekspresikan segala sesuatu mulai dari fakta sederhana hingga emosi yang kompleks.
–
MAKNA tercipta melalui interaksi antara pemikiran, pengalaman, dan konteks. Proses ini melibatkan kombinasi antara persepsi individu, simbolisme, dan kesepakatan sosial.
1. Pengalaman Pribadi. Makna sering kali lahir dari pengalaman seseorang. Ketika kita menjalani suatu peristiwa, kita cenderung merefleksikannya dan memberi nilai atau arti tertentu berdasarkan dampaknya terhadap kehidupan kita.
2. Simbol dan Bahasa. Bahasa dan simbol adalah alat utama manusia dalam menciptakan makna. Sebuah kata atau gambar dapat mewakili sesuatu yang lebih besar dari dirinya, tergantung pada bagaimana ia diinterpretasikan oleh individu atau kelompok.
3. Konteks Sosial dan Budaya. Makna juga diciptakan melalui interaksi sosial dan nilai-nilai budaya yang ada. Sebuah tindakan atau peristiwa mungkin memiliki arti yang berbeda di dalam budaya tertentu dibandingkan dengan budaya lainnya.
4. Pikiran dan Refleksi. Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak dan merenungkan dunia di sekitar mereka. Dari kemampuan inilah muncul makna yang lebih mendalam terkait konsep, hubungan, atau tujuan hidup.
5. Keterhubungan dengan Nilai dan Tujuan. Dalam banyak hal, makna muncul saat sesuatu terhubung dengan tujuan atau nilai yang dianggap penting. Hal ini sering terjadi dalam konteks spiritual, di mana seseorang mencari makna yang lebih besar melalui hubungan dengan Yang Maha Kuasa atau eksistensi universal.
Dengan kata lain, makna tidak bersifat tetap atau universal; ia bersifat dinamis, dapat berubah sesuai dengan perspektif dan pengalaman baru yang diperoleh oleh individu atau masyarakat.
–
DALAM banyak tradisi spiritual dan agama, Tuhan dipahami sebagai sumber utama dari makna dan komunikasi itu sendiri. Namun, cara Tuhan “berkomunikasi” sering kali dijelaskan berbeda-beda tergantung pada keyakinan agama atau pandangan spiritual.
Meskipun komunikasi manusia melibatkan bahasa, simbol, dan konteks sosial, komunikasi Tuhan biasanya dipandang melampaui batas-batas ini, memiliki dimensi yang lebih universal dan transenden.
Sebagai contoh:
1. Melalui Wahyu. Dalam agama-agama seperti Islam, Kristen, dan Yahudi, Tuhan berkomunikasi melalui wahyu, baik secara langsung maupun melalui perantara seperti nabi. Wahyu ini sering berbentuk kitab suci yang mengandung pesan-pesan spiritual, moral, dan panduan hidup.
2. Melalui Tanda-tanda di Alam. Banyak tradisi menyatakan bahwa alam semesta adalah “buku” yang mencerminkan kebesaran dan kebijaksanaan Tuhan. Melalui fenomena alam, manusia dapat memahami sebagian kecil dari komunikasi Ilahi.
3. Melalui Akal dan Hati. Beberapa pandangan menyebutkan bahwa Tuhan berkomunikasi dengan manusia melalui akal (untuk merenungkan) dan hati (untuk merasakan kehadiran-Nya). Ini memungkinkan manusia menangkap makna yang lebih dalam melalui pengalaman spiritual dan refleksi batin.
4. Melampaui Bahasa Manusia. Ada pula konsep bahwa komunikasi Tuhan tidak selalu terikat pada bahasa seperti yang kita gunakan. Sebaliknya, pesan-Nya bisa hadir sebagai intuisi, pengalaman, atau perasaan yang dalam, yang melampaui kata-kata.
Seperti dalam komunikasi manusia, makna dari komunikasi Tuhan sering kali juga ditafsirkan berdasarkan konteks, pengalaman pribadi, dan pemahaman individu. Namun, yang membedakannya adalah sifat-Nya yang universal dan sempurna.
–
JADI bisa dikatakan, karena Tuhan dipahami sebagai sumber makna tertinggi, namun berbagai pandangan bahwa Tuhan mendikte makna atau pada kesempatakan lain, memberikan ruang kepada manusia untuk menemukan dan memahaminya.
Seperti dalam Islam, Kristen, dan Yahudi, diyakini bahwa Tuhan secara langsung mendikte makna melalui wahyu, kitab suci, atau hukum ilahi. Dalam pandangan ini, makna dan tujuan hidup telah ditetapkan oleh Tuhan, dan manusia dipanggil untuk memahami serta menjalankan makna tersebut sesuai kehendak-Nya.
Tuhan memberikan “peta makna” yang luas, tetapi manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi dan menyempurnakan pemahamannya. Dalam Islam, misalnya, manusia diberikan akal dan hati (qalb) untuk merenungkan ayat-ayat Tuhan, baik dalam kitab suci maupun alam semesta.
Dalam beberapa tradisi spiritual, makna tidak selalu “didikte” secara harfiah oleh Tuhan. Sebaliknya, makna tercipta melalui hubungan individu dengan Tuhan, di mana kehadiran Tuhan menjadi sumber utama makna itu sendiri.
Ia bersifat dinamis dan melampaui batasan bahasa manusia. Tuhan tidak selalu “mendikte” dalam kata-kata, melainkan memancarkan makna itu melalui intuisi, pengalaman rohani, atau tanda-tanda yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Medium is The Message
HANYA saja makna membutuhkan medium untuk mewujudkan dirinya, berfungsi sebagai jembatan yang memungkinkan sebuah gagasan, emosi, atau pesan berpindah dari satu entitas ke entitas lain, baik itu melalui kata-kata, gambar, suara, atau bahkan tindakan. Tanpa medium, makna sulit ditemukan atau dipahami, karena ia tidak memiliki wadah untuk diekspresikan.
Namun, medium tidak hanya menyampaikan makna secara pasif; ia juga memengaruhi cara makna itu dipersepsikan. Kata-kata tertulis di atas kertas mungkin menyampaikan kesan yang lebih serius dibandingkan pesan yang sama dalam percakapan santai. Begitu pula, pesan melalui seni rupa atau musik memiliki dimensi emosional dan estetika yang berbeda, memberikan warna tambahan pada makna itu sendiri.
Atau dengan kata lain, medium adalah unsur esensial dalam penciptaan dan penyampaian makna, tetapi ia juga ikut membentuk dan memperkaya arti dari pesan itu.
–
McLUHAN mengatakan bahwa medium (saluran atau alat komunikasi) memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat daripada isi pesan itu sendiri. Dengan kata lain, cara pesan disampaikan (melalui medium tertentu) membentuk cara kita berpikir, bertindak, dan memahami dunia.
Jika kita mengadopsi prinsip ini, medium yang digunakan Tuhan untuk “berkomunikasi”—seperti wahyu, alam, atau intuisi—bisa dianggap sebagai bagian integral dari pesan itu sendiri. Misalnya, wahyu dalam bentuk kitab suci tidak hanya menyampaikan isi pesan, tetapi juga menunjukkan keagungan dan otoritas Tuhan melalui struktur dan bahasanya. Begitu pula, tanda-tanda di alam tidak hanya menjadi bukti keberadaan Tuhan, tetapi juga mengajarkan manusia untuk merenungkan keteraturan dan keindahan ciptaan-Nya.
–
KONSEP ini dapat direfleksikan dalam sudut pandang spiritual dan tafsir Al-Qur’an QS. 41:53:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”
Ayat ini menunjukkan bahwa medium yang digunakan Allah untuk “berkomunikasi” tidak hanya berupa wahyu tekstual, tetapi juga tanda-tanda di alam semesta dan dalam diri manusia. Medium seperti alam atau pengalaman batin manusia bukan hanya menyampaikan pesan, tetapi juga menjadi bagian dari pesan itu sendiri—yakni bukti akan keesaan dan kebesaran Tuhan.
Selain itu, QS. 45:13:
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Medium di sini adalah alam semesta yang tunduk pada manusia sebagai tanda (pesan) kebesaran Tuhan. Cara medium itu “berfungsi” atau “berkomunikasi” menjadi pesan tersendiri—menguatkan gagasan bahwa medium itu bukan sekadar alat penyampai melainkan bahwa cara Tuhan menggunakan “medium” adalah bagian yang integral dalam menyampaikan pesan-Nya, sehingga memberikan pengalaman makna yang lebih mendalam.[]
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!